"Pertemuan kita pasti mempunyai alasan, yaitu untuk saling memantaskan diri. Mungkin jika nanti kita tak bersama dalam sebuah keluarga, kelak pertemuan ini tak akan menjadi pertemuan yang sia-sia."
Kita dipertemukan dalam situasi yang sangat singkat dan aku pun sempat tak percaya jika pertemuan itu akan menimbulkan rasa sayang pada dirimu. Kamu hadir saat aku sembuh dari luka yang dalam, saat aku mulai menata hatiku kembali agar nyaman ditempatin kembali. Kamu merasa yakin dengan pertemuan kita, akan membawa kita pada sebuah keluarga yang bahagia. Tapi tidak buatku, aku masih saja merasa semua belum pas dan merasa kalau ini hanya perasaan sesaat yang kamu rasakan, bukan perasaan selamanya.
Kamu bilang "Aku merasa yakin karena sebelum bertemu dengan kamu. Aku berdoa untuk ditemukan dengan Jodoh."
Tidakkah itu terdengar begitu yakin?. ya.. tak dapat aku pungkiri juga, aku berdoa yang sama dengan dirimu, tapi aku merasa kita harus saling memantaskan diri terlebih dahulu sebelum membicarakan soal hubungan keluarga. Bukankah dari pertemuan kita ini selalu ada alasan untuk kita pelajari. Aku percaya pertemuan ini adalah untuk sama-sama memantaskan diri sebelum akhirnya kita sama-sama yakin kalau kita dipertemukan adalah untuk berjodoh. Tapi jika pertemuan kita bukan di takdirkan untuk berjodoh, bukankah kita sudah saling memantaskan diri untuk jodoh yang sebenarnya.
Bukannya ingin mematahkan semangat dirimu atau ingin membuat hatimu terluka. Perlu kamu tahu, aku juga berjuang untuk bisa pantas bersanding denganmu kelak jika kita berjodoh. Dan harusnya kamu pun berjuang untuk bisa bersamaku selamanya. Karena aku merasa, kelak yang akan menjadi jodohku nanti adalah dia yang bisa membimbingku, dan dia juga yang kelak akan bisa menjaga, memberikan motivasi. Dirimu bukannya tak mempunyai itu, tapi coba dirimu selesaikan terlebih dahulu apa yang menjadi tanggung jawabmu.
Berjuanglah bersama untuk saling memantaskan diri, karena aku pun juga akan menyelesaikan apa yang ada diriku. Berjuang memantaskan diri untuk bisa jadi ibu atau memantaskan diri menjadi istri yang mampu memberikan motivasi untuk suaminya kelak. Kamu pun harus bisa memantaskan diri untuk bisa menjadi seorang ayah dan kepala keluarga yang kelak akan di banggakan oleh anak dan cucu. Tidak ada yang salah memantaskan diri ketika kita bertemu, karena mungkin ada yang harus kita pahami dari pertemuan ini.
Dan jika kelak pertemuan ini harus menjadi perpisahan, jangan kamu sesali. Karena tidak ada yang perlu disesali dari sebuah perpisahan. Ada sebuah pelajaran yang di dapat, cepat atau lambat pelajaran itu akan terasa
Dan baiknya kita harus bisa bijaksana dalam hubungan ini. Karena jika kamu bilang rasa sayang, aku tidak merasakan sayang itu. Bukan karena hatiku belum rapih sepenuhnya, tapi memang tidak ada rasa sayang yang mengalir. Aku berjuang untuk tetap memantaskan diri dan untuk rasa sayang ini. Tapi jika memang kelak rasa sayang ini tak ada, maka bukankah kita telah berjuang bersama untuk memantaskan diri. Aku mungkin akan menyesali ketika kelak nanti aku salah dalam menilaimu. Tapi setidaknya aku sudah berjuang bersama untuk memantaskan diri, agara kelak saat kita berjodoh adalah benar kita pantas untuk bersama.
"Berjuanglah untuk bisa menjadi imamku kelak dan berilah aku motivasi agar bisa berjuang menjadi isteri idamanmu kelak. Dan tunjukkan pada mereka bahwa dirimu emang pantas untuk berjuang denganku. Karena aku tak ingin mereka melihat kita dari siapa yang paling kuat."
0 komentar